Kos-Kosan Homo (Part I)

Seiring perjalanan hidup, kita kadang dituntut untuk pergi merantau, jauh dari rumah dan atau sanak saudara. Itu kita lakukan tak ayal untuk menuju puncak gemilang cahaya mengukir citra seindah asa; Menuju puncak impian di hati. Iya, mendekatkan impian kita pada realita. Cita-cita. Nah, dengan keadaan merantau seperti itu, kita kadang kan gupek tuh nyari tempat tinggal di kota baru kita ini. Saat gak ada saudara yg bisa ditumpangi; males juga tinggal di tempat sodara karena takut gak punya privasi; atau karena alesan lain yaitu belum punya gadun yang mau digandoli, terpaksa lah kita cari kos-kosan. Ada beberapa syarat atau pertimbangan saat kita memilih kos-kosan buat tempat hidup kita sementara kan ya, di antaranya:

• Keamanan
• Kenyamanan
• Fasilitas
• Jarak dari kantor/kampus yang gak begitu jauh
• Gampang cari makan
• Harga sewa kos-kosan yang sesuai budget

Itu sih pertimbangan-pertimbangan umum saat kita mau cari kos-kosan. Tapi ada satu syarat tambahan buat para gay biasanya dalam mencari kos: BISA BAWA TEMEN LAKIK! Hihihihi. Ngaku deh, alasan ini mau gak mau dipertimbangkan juga. Gak usah bilang ngga! Gampar!

Puji Tuhan Yang Maha Esa, saat kuliah aku dapet kosan yang gay friendly. Hmmm... Sebenernya awal-awal pindah ke kosan yang satu ini, temen-temen kos yang lain cowok straight sih. Trus seiring berjalannya roda kehidupan berubah lah jadi gay. Ya bukan aku ngebelokin mereka dari straight ke gay. Tapi karena mereka pindah, trus kamar ada yang kosong, masuk lah temen homoku satu. Kakak tingkatku di kampus gitu. Dia aku entaskan dari lingkungan rakyat jelata ke lingkungan rakyat jelita. Waktu berjalan tanpa bisa kita tahan, dari 9 kamar, 8 kamar akhirnya keisi homo semua (atau at least dicurigai homo). Satu kamar lainnya diisi tiga temen kuliahku yang straight, tapi tentunya gay-friendly dan juga udah tau tabiat penghuni kosannya ini. Tanpa pengawasan yang ketat dari si ibu kos, tempat ini layaknya surga. Ya gimana gak surga, keluar kamar pada bebas topless, bebas mau gosip ini itu, bebas bebancian, bebas mau karaoke di kamar mandi tiap pagi dengan lagu-lagu diva idola masing-masing. Lovely. Eh... jangan ngebayangin isi kos ini ngondek!!! Pada macho-macho!!! Boleh dicek isi celana dalemnya.

Oya, kebebasan lain yang belum disebutin tadi ya gak masalah mau bawa pacar lakiknya, atau gebetan lakiknya ke kamar. Indah bukan? Pacar atau gebetan gak jarang dikenalin ke temen-temen kosan lainnya baik yang homo maupun yang ngga homo. Sungguh ukhuwah yang patut dijadikan panutan. Selain itu, mau mesra-mesraan di kamar kos gak akan digrebek; malah pernah ada yang ngaku, pas si itu bawa pacarnya ke kos, eh si itu satunya ngintip lewat celah celah. Eh ternyata si itu lagi ML, dengan jelasnya si itu satunya bisa liat si itu lagi dijejali pisangnya si pacar. Whaaaaaaadddddddd..... Aku shock lho ini denger pengakuan dosanya si itu satunya. Gak nyangka aja. Antara lucu dan jijik.

Ya mending sih cuma diintip, temenku di sini kemaren cerita, pernah kejadian ada kenalannya (sebut saja si A) ini digrebek sama anak-anak sekosan pas lagi asik-asik beradu kasih di kamar kosannya tercinta. Gak Cuma digrebek dan disidang, tapi si A dan pasangannya ini dipukulin rame-rame sama temen satu kosannya. Ngeri kan? Mau punya kos yang begini? Aku sih ngga. Meski cerita ini gak cuma sekali aku denger, karena di kos-kosan sekitar kampusku juga sering ada cerita serupa tapi tetep aja kejadian seperti ini memiriskan hati. Kenapa sih kudu dianiyaya? Hiks

(Lho Diq, isi kampusmu banyak homonya?)

(Ya pastinya lah ya. Ngana pikir itu temen-temen kosku yang homo bukan dari kampus yang sama?)

Ya namanya kosan homo, gak dipungkiri pernah ada skandal juga. Bukan aku pastinya. Mana doyan aku sama sesama mahasiswa (plak!!!). Ada yang pas yang lain pada mudik malah si H1 sama H2 yang kamarnya gak jauh-jauhan itu malah icip-icipan sosis. Indah bukan?! Ada yang tiap malem pindah dari kamar satu ke kamar satunya buat bobo berdua sambil gotong-gotong kasur busanya. (Mungkin dia mau belajar bareng aja kali ya? Atau mau tahajud berjamaah. Eh tapi kan beda agama. Ntah lah). Tapi untung sih ngga pernah rebutan laki sampe jambak-jambakan. Semua punya pangsa pasar sendiri-sendiri.

Tapi ya... Setelah disurvei, hebatnya kosanku ini, gak tercium jejaknya sebagai kosan homo lho. Beda sama kosan yang satu itu, yang pernah ditinggali petinggi anu anuannya mahasiswa. Atau kosan yang warna cat temboknya kuning itu, atau kosan yang di sana itu, anak-anak kampus bahkan mami-mami jaddah penjual warteg aja malah tau lho itu kosan mahasiswa homo. Ya mungkin karena penghuninya gak semacho isi kosan kami sih ya....

Ah jadi kangen ngekos di situ lagi.

Mzk XX

Riwayatmu kini

(bersambung)