Thursday, May 9, 2013

Gay Kampung Pindah Kota (3)

Aku pandangin punggung misua beranjak makin jauh dengan motornya, kemudian aku liat dia noleh ke belakang, liat ke arah aku berdiri. Mungkin pertanda dia belum bener-bener iklas aku pergi. Akunya juga sama. Gak beranjak dari tempat dia nurunin aku dari motornya sampai bayangannya menghilang di ujung belokan jalan.

Fiuh.... Berat banget mau nulis bagian ini. Udah berasa aja aura mellow dan becek air mata membasahi postingan tentang perpisahan sama misua. Kebayang detik-detik terakhir liat mukanya, mata sipitnya. :)

Kami sekarang LDR. Jarak Papua-Jakarta. Gak dekat dan gak murah. Hahahaha..... Awalnya dalam hati aku ragu apa bakal bisa aku LDR lagi setelah hubungan sebelumnya LDR Jakarta-Surabaya pun kandas. Tapi perasaan takut buat LDR bukan lebih ke ketakutan apakah dia bakal cheat behind my back atau gak; ketakutanku cuma lebih ke "gimana ya kalo misua hidupnya jadi galau kalo aku tinggal dan LDR", "siapa ya yg bakal nemenin dia jalan-jalan tiap weekend?", "siapa yg bakal bimbing dia beli perabotan buat ngisi rumah barunya ntar?" karena aku tau selera dia kadang suka nyeleneh. Hohoho.....

But thank God, dari sorot matanya, akhirnya perlahan ketakutan-ketakutan itu ilang. From the way he looked at me, dia nguatin aku buat ngejalanin hubungan-interlokal-hampir-internasional ini. 

Tapi ada satu yang kerasa paling berat: Nepatin janji buat sama-sama gak nangis, gak saling sedih saat berpisah. Ya ampun. Dada rasanya sesek berpura-pura tegar. Aku jg gak mau dia tambah susah ngelepas kepergianku kalo akunya mewek terus. Karena sejatinya yg ditinggalkan lah yg jauh lebih sedih. Begitu rumus bakunya.

Yo wes tak sudahi dulu secuil postingan ini. Meski barang Papua terkenal panjang, tapi soal postingan dari Papua gak panjang gpp lah. Takutnya semakin panjang semakin bikin merintih dan menitikkan air mata. 

Mohon doanya ya biar hubungan kami langgeng. Prok prok prok.


4 comments:

Alil said...

beneran pindah ke papua..?
why...?

Gay Kampung Masuk Kota said...

Bener Mas.... Kerja di sini. Hehehehe

gun zi said...

Panjang-panjang ora mas disana… .:-)
Langgeng yooo…

Pengakuan Gay Indonesia said...

Cowok Gay homo & biseks indonesia

Bahas tentang image yg slama ini slalu dicerna, pada saat mendengar "GAY" asumsi mengacu pada nilai seksualitas.
Kebanyakan pelaku pun, transaksi apapun, selalu mempersempit ruang lingkup. Hingga mereka harus tampil memperkenalkan diri mereka serasa jauh dari etika & adat kesopanan!
Akupun harus bertanya, apa setiap gay berkenalan, harus bertanya slalu tentang fisik? Size? Yg slalu mengacu pada nilai sex???
Apa tidak ada pertanyaan lain yg lbh layak diutarakan pada awal perkenalan???
Apa salah bila seorang gay sekalipun, berharap kenalan yg sopan?
Bukan munafik tapi pilihlah waktu yg tepat utk anda bertanya tentang sesuatu yg lbh pribadi.
Kalo aku sendiri sih, sangat simple dlm menilai siapa anda? Apa tujuan anda? Sangat terlihat dari stiap komunikasi...
Cara anda sms/berbicara anda ditelpon pun, sangat mudah ditebak, seberapa besar naluri anda sebagai gay? Atau anda tergolong banci yg nilai kefeminiman yg sangat tinggi...
Bentuk tubuh anda bukan jaminan kualitas anda sbg gay!
& fakta menyatakan, pria gay gentle/jantan lebih dicari daripada gay feminim yg cendrung banyak menciptakan resiko2 fatal & nekad.
Beberapa tragedi di tanah air, yg mengungkap kasus2 gay yg sangat kontroversi, adalah perbuatan mereka dg tingkat sensitifitas & kemayu yg tinggi, diawali rasa cemburu yg luar biasa, hingga melegalkan segala perbuatan kriminal...
Gay tidak mesti seperti kasus diatas. Gay masih ada yg bisa mengontrol hati & otak mereka, sebelum bertindak. ( Contohnya,saya... ƗƗɑƗƗɑƗƗɑƗƗɑƗƗɑƗƗɑ )
Gay ataupun banci... Itu sangat berbeda jelas!
Salam ; 085664600785

Post a Comment