Monday, December 31, 2012

Sidang Isbat

Rakyat Kerajaan Gay tercinta.

Dewan kehormatan di parlemen gay telah berkumpul dan menggelar sidang isbat tahunan. Dari sidang isbat yang baru saja selesai digelar, dapat diworo-worokan kepada segenap rakyat tercinta bahwasanya:

1. Hari ini resmi kita merayakan tahun baru. Selamat suka cita.
2. Sesuai tuntutan rakyat sekalian umat, blog ini akan tetap diteruskan.

Terima kasih.
Plok Plok! *suara dildo diketuk*


Wednesday, December 12, 2012

Goodbye (?)

*naik ke podium, bawa kertas berisikan naskah pidato*

Para pembaca sekalian, dengan perasaan sedih, saya tulis ini.
Hari ini, tertanggal, 13 Desember 2012
Saya selaku pemilik, penulis dari blog ini, akan menyampaikan beberapa hal.
Hal-hal yang saya maksud adalah
(poin satu) Saya sedang bersedih
(poin ke-dua) Pacar saya, mengatakan telah membaca blog ini;
(poin ke-tiga) dan dia merasa marah atas tulisan yg baru-baru ini saya posting
(poin empat) saya berpikiran untuk menutup blog ini
(poin lima) saya harap kalian, para pembaca mengerti posisi saya
(poin enam) posisi saya top


Sekian

Dengan rasa sedih
Diq

Monday, November 26, 2012

Aku Kucing Tak Mengeong, Aku Kucing Cuma Bisa Diajak Ngewong (Part II)



Hai hai binaan-binaan Nusantara di mana pun berada. Maaf ya baru sempet posting lagi. Maaf juga yang udah merasa digantungin bak buah zakar selama beberapa minggu ini nunggu kelanjutan cerita gebyar-gebyar "Kucing" Lapangan Banteng. Maklum, penulis yang kalian cintai ini baru aja pulang kampung. Di kampung gak ada sinyal buat internetan. Boro-boro sinyal internet, wong listrik aja belum ada. 

Eh udah ah curhatnya, balik ke pokok permasalahan, fokuskan pikiran untuk mas-mas kita di Lapangan Banteng. Tadinya mau bikin postingan ini layaknya novel yang diselipin perbincangan antara dua insan. Tapi karena si penulis lagi males buat basa basi busuk, ya udah lah ya langsung ke poin-poinnya aja:

  1. Ucapkanlah syukur dan bersujudlah kepada Tuhan YME karena gigolo-gigolo Lapangan Banteng masih tetep eksis.
  2. Luas Lapangan Banteng adalah sekitar 5 hektar (ya siapa tau info ini berguna)
  3. Sejarah mencatat bahwa dahulu lapangan ini bernama Waterlooplein (ok next next next, yakin info beginian gak ada gunanya di blog macem begini).
  4. Jumlah gigolo-gigolo yang mangkal di sana (Lapangan Banteng ,- red) sekarang berkurang. Penyebabnya diantaranya karena udah banyak yg mangkal di PP a.k.a Panti Pijat, trus beberapa udah ada yang lulus dari akademi pergigoloan dan move on ke kerjaan lainnya.
  5. Dan gak ada jumlah pasti berapa gigolo yang mangkal di sini ---- Belum ada sensus gigolo sih! Halo Halo, butuh HR? Aku siap. Hihihihi
  6. Pelajari posisi mangkal mereka. Banyak yang mangkal di sisi Selatan (luar lapangan yang berhadapan sama Hotel Borobudur). Di deretan sini, kebanyakan mereka gigolo serba guna. Maksudnya, bisa "disewa" buat memuaskan hasrat pria dan juga hasrat wanita. Buat pasutri juga bisa. 
  7. Sebagian mangkal di sisi yang berhadapan dengan kantor Kementerian Keuangan (Banteng Timur). Tapi yang mangkal di bagian sini sedikit.
  8. Yang mangkal di depan Kementerian Agama (Banteng Barat) beda management, di bagian sini rata-rata cuma mau melayani wanita. (Pernah denger sendiri soalnya si "managernya" bilang ke anak didiknya "Kalo om-om yang nawar jangan mau".)
  9. Jangan cari gigolo di sisi Banteng Utara. Feng Shui-nya gak bagus. Ya gimana mau bagus, wong di situ ada separator busway, kan ribet. Jadi para gigoli-gigolo memutuskan buat ngga mangkal di sisi sini. Masalah separator busway ini juga yang menurut narasumber (pret) jadi salah satu penyebab berkurangnya gigolo di sini.
  10. Yang mangkal di sini usianya beragam. Mulai dari brondong sampe 30an akhir deh. 
  11. Tarif. Soal tarif, si Mas Andi ini bilang, dia biasa buka harga 300ribu untuk sekali main. Tapi ya harga ini masih bisa ditawar. Kalo sepengetahuanku 150 ribu juga kayaknya bakalan mau. Bahkan sempet ada brondong yang mangkal di situ bilang gini "Bang, saya mah dikasih 50rb juga hayuk ajalah kalo lagi sepi gini. Yang penting dapet buat lanjut hidup."..... Duh kasian ya?
  12. Duh apa lagi ya.... Oh ya soal ada ngga nya "Papi" atau bahasa ilmiahnya disebut Mucikarinius Homohomoanius lagi-lagi narasumber menyatakan ngga ada. Cuma, kalo ada yang mau mangkal di situ, seyogyanya ya permisi dulu sama pendahulu-pendahulu.
  13. Uang potongan atawa setoran ke atasan pun bilangnya ngga ada. Lagi-lagi ya dia bilangnya sih gini "Ya tapi misalkan malem ini kita udah dapet (pelanggan), tapi temen kita belum ya apa salahnya lah ngasih 5.000" ...... Hmmm... Ok. Kita simpulkan aja ada lah ya.
  14. Dengan sangat hati-hati aku tanya soal stempel buruk "Kucing Lapangan Banteng" yang katanya suka berbuat yang tidak semestinya atau berbuat arogan kepada pelanggan. Si Mas jawab gini "Sebenernya kalau kami ngga pernah mau istilahnya nakalin pelanggan kalau mereka ngga nakalin kami. Ya masa iya kami mau nutup rezeki sendiri, Mas? Kalo kami jahatin pelanggan kan kami juga takut mereka kabur dan ngga "make" jasa kami lagi. Tapi ya gimana ya, Mas. Kami juga kalo dijahatin sama pelanggan, kami ingetin ciri-cirinya. Kami kasih tau ke temen-temen lain. Biar temen-temen yang ngebales" -------- Ok, the point is: jangan suka ngeganggu kucing kali ya? Satu kucing aja yang kamu ganggu, kucing yang lain bakal nyakar kamu. 
  15. Pengalaman buruk Mas gigolo ini selama jadi kucing Lapangan adalah pernah dibawa sama pelanggannya ke daerah Pasar Rebo, trus dipinggir jalan disuruh beli minum dan gak taunya ditinggal gitu aja sama pelanggannya (Ya siapa tau point gak penting ini bisa menghibur pembaca)
  16. Pengalaman terbaiknya adalah pernah dikasih duit lebih sama pelanggan (eeerrrr..... OK. Aku juga bakal seneng kalo dikasih duit banyak kok)
  17. Udah ah segini aja
  18. Cukup sekian dan terima kasih
  19. Yuk dadah yuk bye bye
  20. Muach Muach
Beli kucing dalam karung
Siapa tau dapet kucing persia
Kalo mau ngucing tititnya jangan lupa pake sarung
Ya buat jaga-jaga aja 

Wednesday, November 7, 2012

Aku Kucing Tak Mengeong. Aku Kucing Cuma Bisa Diajak Ngewong (Part I)




Lagi seneng-senengnya "riset" deh akunya ini. Eh, kata "riset" kedengeran terlalu ilmiah ya kaya'nya? Ganti aja deh jangan "riset", tapi "riseks" a.k.a riset eseks-eseks. Hohoho...... Setelah keberhasilan luar biasa di riseks sebelumnya, Diq seorang remaja muda calon peraih Nobel perdamaian di bidang eseks-eseks ini pun melancarkan riseks keduanya.

Begini

Sepulang haha-hihi dan seseruan di Q! Film (yang mana ini tahun pertamanya aku ke festival film ini), tanganku bergelantungan di gantungan yang tergantung di bis TransJakarta. Otakku pun gantung, tetiba kaya' kesambet cahaya putih dengan pesan singkat "Diq, ke Lapangan Banteng gih. Kayaknya seru". Haduh... Iya ya... Setelah kemarenan coba pengalaman baru buat cari tau soal bioskop esek-esek, kenapa gak dilanjut aja ke tempat bersejarah dunia peresek-esekan Indonesia yang satu ini.... Akhirnya kakiku pun seteju buat melangkah ke sana setelah kompromi yang sangat alot.

Dari Halte Harmoni aku lanjut perjalanan dinas ini naik taksi, di depan Hotel Borobudur aku suruh abang supir taksinya berhenti. Setelah kubayar pake ciuman mesra, si abang taksi aku suruh pergi. Aku mau beraksi.

Turun dari taxi, ternyata udah ada laki yang langsung ngedeketin. Badannya lumayan bagus, mukanya pun gak jelek. Ternyata beneran masih ada tho gigolo-gigolo berseliweran di Lapangan Banteng? Kan sempet tuh tersiar kabar udah ngga ada lagi di sini yang mangkal karena (katanya) udah direlokasi. "Mau ditemenin Mas?"... aku jawab pake senyuman aja sambil tetep jalan ala Miranda Kerr. Deg-degan dan takut sih (takut gak bisa bayar. hihihi)..... Di pintu masuk Lapangan Banteng di bagain yang menghadap ke Hotel Borobudur, ada segerombolan laki-laki ya dibilang muda ngga, dibilang tua juga ngga. Matang lah kira-kira. Pada haha hihi ketawa dengan kencengnya. Aku percepat jalanku, takut soalnya. Kalo aku di-gangbang mereka kan bisa letih lelah lunglai bin lobok berbulan-bulan. Dan kalo diamati dengan seksama, kayaknya mereka bukan gigolo, karena gak ada tanda-tanda mau menjaring aku sebagai pelanggannya. Atau mungkin aku terlalu nista buat jadi pelanggan mereka? Hiks hiks......

Aku jalan lagi, niatnya sih mau muterin keliling Lapangan Banteng. Ya itung-itung ngegedein betis biar betisku keliatan Macho kaya' Aa' Ronaldo di lapangan yang luasnya hampir 5 hektar ini. Tapi niat tinggal lah niat, di Lapangan banteng sisi barat (sisi depan Kementerian Keuangan), ada mas-mas yang menghampiri. Mas-mas ini beda sama Mas-Mas sebelumnya, berbadan lebih kurus, putih sih... tapi gak sekecyeh yang pertama tadi. 

Mas-mas ini gak usah diragukan lagi lah ya kalo dia gigolo. Ngapaian juga dia capek-capek nyamperin aku kalo bukan buat nawarin jasa. Gak perlu dia pake name-tag dengan tulisan "Saya Kucing Lap. Banteng" agar aku mengenali apa profesi dia sebaga gigigogololo. Ya tau aja sih lah ya....

Si Mas ini tanya, apa aku butuh "teman" buat tindakan peranonohan. Ya karena niatan hati nurani nan suci ini ke tempat ini ngga buat cari anonohan kan ya (Misua, kamu kudu percaya lho ya! Demi dewa dewi di Heaven.... Aku ke sini tujuannya cuma buat cari inspirasi blog. Gak lebiiiihhh.... Please Misua, percaya akuuhh... |ok! cut dramanya|). Dengan susunan bahasa yang sangat hati-hati, dan muka pucet pasi karena deg-degan yang gak bisa terbendung lagi, aku bilang ke Mas ini "Mas, Maaf ya Mas, tolong jangan tersinggung. Mas mau ngga saya kasih uang sekian-sekian-sekian)* (*nominal tidak sebutkan, tapi cukup lah buat dia DP rumah) tapi kita cuma ngobrol aja di sini.

Sebagaimana umumnya pertemuan pertama kali, kami kenalan. Namanya Andi, aku yakin bukan nama sebenarnya sih, tapi apalah arti sebuah nama menurut mereka di dunia perkucingan Banteng. Andi, 27 tahun, asal Sumatera. Dari laki satu ini lah aku sedikit bertambah pengetahuan esek-esek Bab: Kucing Lapangan Banteng....

Pada penasaran dia bakal mengupas apa aja soal gebyar-gebyar gigolo lapangan banteng? Selengkapnya di postingan berikutnya ya....








Monday, October 29, 2012

Tiga Tahun Menjadi (blog) Gay



SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE-3

BLOG KU TERCINTA....


KARENA INI ULANG TAHUN YANG KE-3, JADI TELATNYA 3 HARI SAJA... 

XoXo - Your Diq


Ndusel-ndusel ke muka, dijilat kok rasanya rica-rica.
Semoga makin banyak yang suka, makin banyak yang baca





Monday, October 8, 2012

Esek-Esek Di Bioskop Esek-Esek (3)





Udah pada nungguin postingan lanjutan ini ya? 
Udah pada penasaran ya?
Udah sampe memakan korban jiwa jadi arwah penasaran?
Jawabannya ya pasti gak ada kan!.

Oya, kemaren sih aku gak diapa-apain sama laki umur 40an itu. Gimana mau ngapa-ngapain aku, wong pas dia deketin aku langsung pasang muka jutek. Pas semeter dari hadapanku, aku buang muka. Hihihi... Minta ditampar ya akunya ini? Sebenernya bukan karena apa-apa sih, lebih karena takut dan gak tau mesti gimana. Akhirnya ya refleks aja buang muka pas dideketin.

Lanjut lagi ke bagian esek-eseknya. Sekitar 10-15 menit dari adegan esek-esek pertama, ada sesi kedua ternyata. Entah pasangan bentuknya gimana yg melakukan peranonohan di bioskop itu. Gelap gulita terajana menghalangi penglihatanku yg udah memburam ini. Tapi tetep kaya' adegan pertama: orang-orang pada ngedeketin pasangan yg lagi indehoi itu. What an iyuh kan?

Sekian lama cuma duduk di bangku reot, pantatku pegel. Dan hati ini lebih tergugah setelah liat beberapa laki keluar masuk di toilet yang letaknya di bagian depan deket layar sebelah kanan (kalo di bioskop normal buat pintu keluar). Pertama kan takut mau melangkahkan kaki buat ke toilet itu. Tapi ya namanya udah terlanjur basah ya, harus lebih basah-basahan lagi. Observasi esek-esek ini ngga boleh setengah-setengah. Pas sampe toiletnya..... Hening. Kepala pusing. Soalnya bau pesing. Eeeerrrr.... Mataku liat ke sekeliling toilet. Penuh "gravity". Udah bisa dibayangkan sendiri lah ya "gravity" kurang lebih gimana.

"Saya Polisi di Polsek XXXX..... Ayo ketemuan di Megaria. No hp 0809XXXX"
"Cowok Manado. Onderdil besar. Bla bla bla"
"Pingin diisep, hubungi bla bla bla crut"
dan sebagainya..... dan sebagainya...

Jalan buat balik ke bangku atas, eh liat ada pasangan yang keliatannya romantis. Duduk berdua, pegang-pegangan tangan penuh cinta sambil mata tetep mantengin adegan film semi esek-esek di layar depannya. Ternyata ada juga ya pasangan yang milih tempat beginian buat berbagi kasih. Bosen mungkin reromantisan di tempat romantis.

Di bangku aku merenung dengan pose The Thinker: Duh ngapain sih pada suka mesum di bioskop? Agak dimaklumi sih kalo melakukan permesuman di tempat yang udah punya cap mesum begini. Tapi kalo esek-esek di bioskop biasa, misal XXI, 21, Blitz yg notabene tempat buat pure nonton. Ngapain sih? Gak punya tempat buat mesum? Gak mampu sewa hotel? Ya mbok ya bilang ke aku, tak pinjemin tu kosanku. Kalo perlu sekalian aku rekam biar videonya bisa kita jual. Tapi please.... Jangan mesum di bioskop. Malu ih kalo sampe dilaporin ke satpam trus diusir karena esek-esek di bioskop.

Ngatiem ke pasar pake bikini.
Mukanya sedih bermuram durja.
Cerita tamat sampe di sini. 
Tak ada tempat esek-esek ya hubungi aku aja.


Thursday, September 27, 2012

Esek-Esek di Bioskop Esek-Esek (2)






Demi postingan kali ini, demi memenuhi hasrat para pembaca sekalian, dan demi totalitas perjuangan di bidang blog perhomoan, maka aku mutusin observasi langsung ke TKP-nya. Pembaca sekalian, mohon beri applause dan amplop untuk Diq....

Jam 19.00, dengan hati yg dag-dig-dug berdebar kencang sekencang suara lengkingan Mpok Nori, aku beranikan diri buat masuk ke Bioskop Mulia Agung ini. Loketnya di sebelah kanan dari tempatku masuk Penjaganya sebut aja Mbak Bunga (entah nama aslinya siapa, wong ngga sempet kenalan juga) berlipstik merah menor menyala. "Berapa tiket Mas?" tanya si Mbak Bunga.... "Satu aja, Mbak". Harga tiketnya 5.000 perak, ku kasih duit lembaran 50.000, uang tinggal selembar-lembarnya, ya namanya juga tanggal tua. Eh, pas bayar, ada Mas-Mas yang berdiri di deket loket nawarin diri "beli dua aja Mas... Biar saya temenin.Biar ada temennya". Deg! OMG aku ditawar. OMG akunya tambah deg-degan. Entah gimana bentuk mukaku pas itu. Entah jadi kotak, entah segitiga, entah janjar genjang, aku gak tau lagi deh. Ku tolak dengan seyuman biar keliatan sopan sambil bilang "Ngga, Mas... Sendiri aja".

Si Mbak Bunga (inget ya bukan nama benernya) senyum, mungkin yang ada di pikirannya "ih, ini pasti anak baru pertama kali ke sini kelitan lugu-lugu bloon mukanya". Ya aku sih cuek aja ya, emang baru pertama. Dengan ketawa kecilnya penjaga loket yang bertoket ini tanya, apa boleh 5.000 lagi buat bonusnya. Ya oke lah ya gpp, akunya ikhlas, buat dia beli lipstik menor. 

Singkat cerita aku udah ada di dalem ruangan bioskopnya. Gelap, keliatan kumuh, kursi-kursinya jadul dan gak ada nyaman. Ya wajar lah ya tiketnya aja goceng, apa yang mau diharepin. Dan yang lebih mengejutkan, ada steger besi di tengah-tengah tempat bioskop. Eeeeeerrr lagi renovasi apa emang konsepnya kaya' Anomali Cafe PI sih? Ya gak usah lagi ditanya jawabannya apa.

Again, karena dalam rangka menjalankan tugas observasi, aku pilih tempat duduk di tengah-tengah di deretan ke lima dari atas. Gak mojok, gak di depan, ngegelosor juga di depan layarnya. Aku pilih yang kira-kira strategis buat bisa mengawasi sekeliling. Ngadep ke layar bioskopnya, 10 menit pertama diabisin dengan rangkaian trailer film-film yang notabene udah bertaun-taun lalu diputer. Yawn. 4... 3... 2.... 1.... Film dimulai. Judul filmnya adalah The Other Side Of Dolls, film China Hongkong zaman Soeharto baru dilantik Presiden. Gak usah bahas gimana cerita filmnya ya... Yang pasti filmnya film semi esek-esek juga.

Menit ke 15, aku baru sadar, lho.... Kok yang masuk laki semua? Gak ada permpewi yang masuk barang sebiji? Lho bukannya yang ku tau tempat ini juga tempat esek-esek dan mangkalnya perek-perek perempuan? Apa emang dipisah antara yang esek-esek sesama jenis dan lawan jenis? Entah deh, yang pasti isinya bioskop yang ku masukin itu berbatang dan berjakun semua. Oya, mungkin pengunjung bioskop malem itu sekitar 20an laki (atau kurang lebih 40 biji, jika dihitung secara normal semua laki-laki yang di situ bijinya ada dua). 70%-nya ada di bagian depan, cuma aku dan tiga orang lainnya yang duduk bertebaran di bagian atas. Mungkin hal ini dipengaruhi oleh tingkat kegelapan di mana di barisan depan cahayanya lebih sedikit, jadi lebih leluasa kalo mau esek-esek.

Beberapa menit berikutnya, kejanggalan di tempat yang harusnya bukan lagi janggal pun terjadi. Ada seorang cowok di deretan depan, bawa tas nyamperin satu cowok yang duduk di belakangnya. Di antara remang-remangnya cahaya, aku liat si cowok bertas ini kasih sesuatu entah bungkusan kecil entah apa ke cowok yang disamperinnya ini. Namanya juga homo kepo ya, aku terus mengawasi. Eh kok terus habis itu ada transaksi duit... Ku pikir itu mereka berdua lanjut esek-esek. Kok ternyata ngga jadi. Apaan tho ini? Otakku masih ngga ngerti. Dilanjut ngobrol-ngobrol gak lama, cowok bertas tadi pun pindah, menghampiri cowok lainnya di deretan depan. Sama. Dia pun kasih bungkusan dan diakhiri dengan penyerahan mas kawin berupa duit tapi (sayangnya) gak dilanjut esek-esek. Apa tadi itu transaksi narkoba kaya' gosip yg aku baca di web tetangga? Bisa jadi sih ya....


Sempet kecewa, akhirnya adegan esek-esek di dalem bioskop esek-esek pun ada. Jeder!!!

Sepasang laki entah dari barisan mana memutuskan untuk duduk tiga row di depanku. Pertama-tama duduk ngobrol-ngobrol. Menit berikutnya kok cowok satunya menenggelamkan kepalanya ke selangkangan pasangan? Lho ngapain? Lho? Lho? Lho…. APA INIIIII???? APA ITUUUUUU???? Oh, ngisep? Oalah….. Aku dari belakang litanya aja udah deg-degan sendiri.  Deg-deganku berhenti di situ aja? Oh jangan sedih…. Ada yg lebih bikin aku terheran-heran. Tau kalo lagi ada adegan isep-isepan, sekitar lima orang dari deratan berbeda-beda mendekat ke pasangan yg lagi asik ngisep dan diisep itu. Mereka nontonin di deketnya. Iiiihhh… Iki opo meneh tho yooooo? Kok begini sih? Yang ditontonin gak risih, yang ngedeket buat nonton juga gak ada malu-malunya.


Gak sampe lima menit, adegan syur yang gak terlalu syur-syur amat itu kelar. Si cowok yang kelar diisepin berdiri, benerin celananya, trus pergi. Cowok yang baru kelar bekerja kelar mengerjakan sesuatu yang keras dengan mulutnya yang buas anehnya masih duduk di situ. Gak ikutan pergi juga. Bukan pasangan sejati berarti. Hanya pasangan secrotan.

Terus, seorang laki umur 40 something dateng ke arahku yang duduk sendirian. Aaaakkkk aku mau diapain??? Aku bakal diapain sama dia? Tuhaaaannn.....

DAG DIG DUG DAG DIG DUG SUARA GENDANG
BERSAMBUNG YA KANG 



Tuesday, September 25, 2012

Esek-Esek di Bioskop Esek-Esek (1)






Udah liat kan gambarnya? 
Dari gambaran luarnya keliatan kan ya gimana mengenaskannya itu bioskop? Bangunannya begitu lah ala kadarnya. Hitam, kusam, seperti kulitku. Hiks. Poster yang dipampang pun kita gak tau itu film zaman kapan, pemainnya siapa, sutradaranya apalagi... wong film-nya itu film jadul ya... bukan film-film yang lagi happening kaya' di XXI atau Blitz.

Perkenalkan, namanya Bioskop Mulia Agung. Bagi warga Jakarta mungkin udah pada tau lah ya kemahsyuran bioskop satu ini. Ini bioskop (katanya) udah ada sejak zaman nenek kita belajar suffle, which is udah lama banget lah ya.... Keriputnya dinding bioskop itu kayaknya pun lebih banyak deh dibanding keriputannya Oma Titiek Puspa (Yaiyalah yaaa.. Wong Oma Titiek rajin setrika muka). Di eranya, (lagi-lagi katanya) bioskop ini sempet bergelimang kejayaan, ibarat kata Sevel sekarang deh, lagi jaya-jayanya kan ya? Letaknya di daerah Senen. Masih gak ngeh di mananya? Pas di seberang Pasar Senen, atau kalo noleh 45% dari Atrium, nah udah deh bisa liat ini bioskop. Kalo masih gak ngerti juga, ini pas di perlimaan lampu merah Senen.

Ok, akunya ini gak mau ngomongin sejarah dari bioskop ini. Aku gak pandai kalo ngomongin soal sejarah. Aku kan anak IPA dengan predikat (uhuk) NEM tertinggi se-propinsiku, jadi akunya ini cuma tau soal IPA lah ya. Pokoknya aku anak IPA banget lah (preettt).


Udah bukan rahasia lagi sih kalo bioskop ini sekarang udah jadi tempat esek-esek dan tempat mangkal para (maaf) pelacur. Berita buruang (entah burungnya siapa) ini udah tersebar seantero Jakarta. Tapi yang sampe di kuping pendatang macem aku gini ya sekeder pelacur-pelacur cewek yg mangkal di sana. Kurang lebih tujuh bulan aku tiap hari ngelewatin bioskop itu, yang kuliat ya embak-embak cenderung umur emak-emak yang dandanannya menor ala Nicki Minaj KW sejuta. Muka dan gayanya ya kurang lebih sebangsa dan sama-sama kampungannya lah sama mukaku. Dari aura napasnya aja udah gak usah dipertanyakan lagi soal ngapain dia berdiri dan duduk-duduk di deretan bioskop tua itu.

Sampai suatu malam (peristiwa terekam sekitar pukul 19:30) aku mau balik ke kos, cegat angkot dari depan bioskop itu. Tapi sebelum naik angkot aku tiba-tiba haus sampai tenggorokan terasa sempit sesempit celana dalemku hari ini. Aku putuskan buat beli A(tiiiittt)Qua. Karena aku memegang teguh syariah Islam, aku minumnya sambil duduk kan ya. Mau minum sambil tiduran tapi malu kalo di muka umum gitu. Sembari duduk di undak-undakan, kok aku ngeliat pemandangan lain. Ada cowok berbadan hasil nge-gym berdiri di situ. Mukanya lumayan. Dan dia berdiri gak ada gelagat-gelagat lagi nunggu angkot. Sepertinya nunggu yg lain. 

Aku putusin buat duduk lebih lama sambil mengamati lebih jauh. Selain mas-mas body gym tadi, ada beberapa laki lain yang berdiri di sana. Sebagian haha-hihi bercengkerama, sebagian lagi cuma berdiri berpangku tangan, dan sebagian lainnya duduk. Secara muka, ya gak ada yg ganteng banget sih di sana. Tapi juga ya gak ancur-ancur banget. Pakaiannya juga yaaahhh gak compang-camping lah. Sampai suatu ketika, ada dua laki keluar dari dalem bioskop itu. Dua-duanya mungkin umurnya di atas 35 tahun. Yang satu lumayan manly, yang satu lumayan.... hmm... keliatan aura gay-nya. Sambil jalan, mereka ngobrol. Dan pas hawa-hawa mau pisah, si bapak-bapak yang agak manly itu kok ngasih duit ke cowok satunya. Lho apa-apaan ini?? Lhooo... Lhoooo....

Dan dari observasi dengan teknik mata-elang-mengintai itu lah aku baru tau kalo di bioskop tua situ, gak cuma pelacur cewek yang mangkal, dan esek-eseknya bukan cuma antar lawan jenis, tapi juga gigolo-gigolo yang menjajakkan dirinya untuk diesek-esekin oleh sesama jenis juga ekseeeiiisss di situ.

Telat ya aku? Hihihihi
(Bersambung)

Anuku Terbangun, Anuku Berdiri, Anuku Crot



Aduuhh... Judulnya sangat profokatif ya? Kaya' majalah isi esek-esek (baca: Lampu-Merah-yg-sekarang-udah-jadi-Lampu-Hijau-padahal-Edisi-Lampu-Kuning-belum-pernah-ada), trus kayak judul-judul postingan berita @detikcom yang so eeewww padahal isinya eeewwww....... Etapi jangan keburu senang dulu. Ini postingan isinya bukan foto-foto anonoh dari balik celana dalam akunya ini, yg tiap pagi berdiri, terus karena gak tahan birahi, makanya ngeloco sendiri. Bukan!

Ini postingan ya cuma mau berisikan hmmm.... apa ya.... hmmmm aduh apa ya? Jadi lupa lagi kan mau nulis apa. Maklum, isi otak tiap hari keluar lewat selangkangan (Astagfirullllaahhh... Kata-kataku.... Maafkan aku ya akhi, ya ukhti, ya abi, ya umi, ya ahli kubur).

Ok... Ok.... Karena akunya gak tau mau posting apa, ya udah aku putuskan saja ya posting soal kegiatanku sehari-hari saat ini. Ya itung-itung menandai bangunnya aku dari mati suri di dunia blog ini lah ya.

Kalo mau kegiatanku saat ini, kamu cukup ketik Reg (spasi) Gay Kampung Masuk Kota. Inget ya! Ketik Reg (spasi) Gay Kampung Masuk Kota, kirimnya ke 9090. Aku tunggu ya. SMS yang kamu dapat langsung dari hp akuh. Miuh....


*krik krik krik krik* 
Satu jangkrik di sawah bapakku di kampung mati kegaringan 
*krik krik krik krik*
Diikuti matinya ribuan jangkrik lainnya

Akunya sekarang udah magang, bukan lagi menyandang gelar mahasiswa homo beserta mahkota kehomoannya. Ya tetep homo sih, tapi bukan lagi mahasiswa. Sekarang udah magang di Lapangan Banteng. Waktu magang diitung (secara manusiawi) dari jam 7:30 sampai jam 17.00, selepas itu itungannya bukan magang lagi, tapi mangkal. Ya, yg terkenal dari Lapangan Banteng kan emang mangkalnya sih ya..... Tapi entah kenapa, sekarang kucing-kucing Lapangan Banteng udah ngga ada. Entah pindah kemana. Entah udah dibumihanguskan atau apa. Atau sudah tak ada mangsa? Ah tak mungkin lah ya...

Cerita diawali dari jam 7 pagi, aku udah (merasa) berganteng-ganteng ria nyetop angkot M01 yang legendaris. Dengan perasaan riang gembira penuh suka cita aku naik angkot. Kenapa suka, kenapa cita, kenapa ria? Ya karena di kampungku gak ada angkot sebagus ini. Beneran deh. Di kampungku itu angkotnya L300 bak bukaan gitu, trus atepnya terpal. Sedih ya? Taun 2012 masih aja ada angkot begituan.

Turun dari angkot, aku bergegas lari dengan rambut kunciran naik ke lantai 11. Aku gak mau naik lift. Ngaku ke temen-temen sih biar sehat, biar betis gede... Sebenernya sih (hihihi aku malu mau bilangnya), sebenernya sih aku gak biasa naik lift. Grogi

Nah, dari jam setengah 8 sampe jam 5 sore, kerjaanku kebanyakan cuma kikir-kikir kuku, buka twitter -- Oh ya boleh lho kalo mau follow aku di @DiqGuntoro (tetep ya harus ngiklan) --, kalo disuruh fotokopi ya fotokopi, kalo disuruh anter surat ya anter surat, selebihnya gak ada kerjaan berarti sih. Sedih ya jadi anak magang. Aku merasa tak ada gunanya. Lap pel di kantor mungkin lebih berguna dari aku. Hiks hiks... Emak, aku sedih...

Nah cerita udah jam 5 kan ya, aku pulang lagi dong ke kosan naik angkot M01 pujaan. Fyi (meski gak penting), aku suka naik angkot duduk di depan. Berasa jadi simpanannya supir AKAP gitu....  Hihihi

Udah lah ya, itu aja postinganku kali ini. Kapan-kapan disambung lagi silaturahmi Islami ini.



Daun salam, daun sawo. Wassalam, pecinta homo.
 








Monday, February 13, 2012

Happy 1st Anniversary, Misua


Lope Lope di udara Lope Lope ehai penghuni dunia.....
Akhirnya kita ketemu lagi di hari raya Palentine yang indah ini. Udah lama banget kaya'nya ya akunya ngga bersilaturahmi via blog ini. Padahal perasaan dulu terakhir ngeblog masih jomblo, eh sekarang tau-taunya udah setaunan aja pacaran.

Eh ini kok ya ulang tahun pacarannya pasa Palentine-an ya akunya? Kaya' abegeh abegeh labil kalo dipikir-pikir jadian di tanggal 14 Ferbruari gini. Tapi gpp lah ya, daripada jadian tanggal 31 February a.k.a ngga pernah ada tanggal jadian, mending di tanggal 14 gini.

Hmmm.... Ternyata begini ya punya pacar. Berkah luar biasa. Ya meski ada berantem-berantemnya, dari berantem ngambek-ngambekan kecil, berantem sampe keluar bulir-bulir air mata, berantem sampe hampir putus, tapi beginilah rasanya pacaran. Emezing!!! Hohoho

Happy 1st Anniversary @misuatercinta ...
Semoga bakal banyak nambah anniversary di tahun-tahun berikutnya...
Love you more and more.
Muach !!!

Oya, buat yg lain Happy Valentine ya!!!
Akunya disini mengirimkan berjuta-juta cinta berbentuk sperma buat kalian semua. Muach muach muach.... Semoga selalu diselimuti cinta, diselimuti kehangatan tubuh kekar sang pacar jua. Hahahhaa.... Once again, muach!!!