Sunday, March 28, 2010

Dicampakkan, Tercampakkan (Part 1)



Seharusnya postingan ini diposting seminggu lebih yang lalu. Tapi ya mau gimana lagi, masih malu sama dua postingan sebelumnya.

Masih malu menghayal tinggi di postingan sebelumnya, masih malu berromantis-romantis ria di postingan sebelumnya, dan terpaksa merana di postingan ini. Yah begitulah hidup. Kadang jadi top, kadang jadi bottom (maksudnya kadang di atas kadang di bawah…. Hmmmmm berarti versatile dong ya hidup ini?)

Dan setelah berjuang dengan tenaga penuh untuk memposting tulisan yg penuh dengan ratapan, tangisan, dan kesedihan yang tadinya gak berniat untuk di-postingkan, tapi akhirnya Diq yg bercucuran air mata ini sadar, blognya gak harus hanya berisi kakak kikik ketawaan gak jelas, gak cuma hujatan-hujatan buat orang yg dia benci, tapi sekali-kali berisi linangan air mata kan juga gpp. Biar anak cucu kelak tau perjuangan kakeknya di masa muda ini (hohohohohoho, berasa mau beranak pinak aja)

Ok, begini ceritanya

(ayo mulai dihayalkan)

Setelah malem ke-3 di apartment Mr. Vin, dan setelah paginya berpelukan erat untuk pamitan, aku pun bertolak hijrah ke kampung. Di perjalanan pulang masih intens berhubungan, masih telpon udah sampe mana, masih minta foto, masih bbm-an. (Dan masih berbunga-bunga)

Esoknya, dia masih telpon meski sembunyi-sembunyi, masih BBMan, masih kirim-kiriman photo dimana kita ada. Masih kasih info kalo dia mau beli laptop baru dan masih tanya lebih baik beli di pameran atau beli di Mangga Dua. Masih bercanda-canda. Meski dia agak gak konsen kalo telpon-an, dia bilang lagi ngurusin penanaman forex yang sempet dia konsultasiin. (meski agak BT, tapi tetep berbunga-bunga)

Lusanya, akunya ini lagi di kamar mandi, yah lagi mandi dong, kalo udah di rumah gak boleh tu males-malesan, bias-bisa bapakku yg suka berpidato itu bakal berpidato panjang lebar melebihi pidato kenegraan Pak SBY, hohohohohoho. Nah, pas kelar mandi, Mr. Vin telpon. Basa basi pembukaan lagi dimana dan lagi ngapain gak sampe 45 detik, dan detik berikutnya dia bilang “Jangan hubungi dulu ya, lagi di rumah sakit. Biar aku yang hubungin kamu duluan. Takut semua HP dipegang keluaga. Udah dulu ya…… tuuttttt……….”

Tanpa sempet ngomong panjang lebar, dan Cuma bilang iya iya iya doing, telpon dari Mr. Vin diputus gitu aja. Hiks hiks hiks. (Mencoba buat ngerti)

Hari berikutnya lagi, hampa….. gak ada kabar dari dia, menggila, karena rindu yg membara tak menemukan singgahan untuk ia bakar. Hanya bias menjadi bara, tak bisa merubah diri jadi api.

Hari berikutnya, bara dengan dratis berubah jadi air, berlinang dari pelupuk. Dan beberapa air di mata pindah ke gumpalan otak, menyumbat, dan menggilakan pikiran. Menanyakan “mengapa? Mengapa? Mengapa………? Why? Why? Why? Why………????” Mengapa BBM-ku diapus dia?

Eh eh eh, kok bahasa menulisku berubah? Kok aneh? Kok jadi puitis gini? Kok jadi lebay gini? Kan aku gak lebay….. duh ganti ke awal aja ah……

Dan hari ke empat di rumah, tetep gak ada kabar dari Mr. Vin, dan aku gak mau tanya kabarnya duluan, takut dia tambah marah, karena kan dia udah bilang, gak usah hubungin duluan. Kangen si, sakit si, merana si, tapi kan…. Like a soldier, his wish is my command. Ho9……. Dan malah ada kabar lain, hari itu akunya ini harus balik ke Jakarta (pinggiran Jakarta, -red) karena harus REMEDIAL. Hiks hiks hiks…… sedih tak berujung kan jadinya. Sudah jatuh tertimpa tangga, seperti mandi madu (halah, apa tho aku ini).

Hari berikutnya, setelah udah sampe kosan, setelah ke kampus ngerjain lagi soal untuk ngejer nilai yg ancur ancuran, dan badai topan di hati yg tak kunjung pergi, malah selalui dihantui muka Mr. Vin. Inget dia dikit langsung ahti terenyuh, mengkerut, dan berasa tersayat-sayat. Cuma liat Lexus lewat aja udah pedih minta ampun inget dia (untung mobilnya bukan Xenia, coba kalo Xenia, sepanjang jalan bakalan mewek terus kali ya kalo liat xenia yg jumlahnya bejibun di Indonesia itu lewat). Hohohohoho

Masih di hari yang sama (waktu malam hari). Karena lagi terguncang kejiwaannya, seorang Diq mengajak sistanya bernama Sista Sui yang cantik ini muter-muter gak jelas. Setelah teriakan-teriakan centil dia, setelah sepanjang jalan gak lepas-lepas dia pegang aku erat-erat, maklum begitulah binan kalo ketakutan dibonceng motor gede. Hohohohohohohoho….. akhirnya sampe juga di Burger and Grill. Akunya ini cerita dong panjang lebar ke si sista sui-nem ku yg baik hati tapi bitchy ini. Dan setelah berdebat, say hi duluan atau gak lewat YM Mr. Vin, mumpung YM-nya online. Setelah dia bilang gak bakal ada ruginya kalo aku say hi duluan, tapi sebenernya aku masih enggan antara iya atau ngga, akhirnya tangan gatelku ini gak tahan

“Hi…. "

"How’s Life?"

"R U OK?”

Beberapa detik ditunggu, gak ada tanda balesan dari Mr.Vin………. dan ternyata setelah dliat, YM-nya langsung Offline dong………..

Jam 12 malem lebih, hati Diq yg lembut ini kembali hancur, dan bertambah parah hancurnya. Merasa tercampakkan seperti bungkus nasi yg sudah terpakai lalu dibuang, sepeti box nasi Padang Sederhana Bintaro yg sudah kotor lalu dibuang begitu saja ke tong sampah, seperti bungkus es krim yg oleh orang-orang tak bertanggung jawab dilempar ke jalanan……….. Ah, mungkin begitulah gambaran seorang Diq malam itu……..

Dan di malem ini si Diq memantapkan hati buat apus semua photo Mr. Vin, apus semua tentang dia

Poor Diq………Poor Me…..


0 comments:

Post a Comment