Saturday, January 30, 2010

Dosenku oh Dosenku......




Judulnya sengaja dibuat kayak cerita "Oh mama Oh papa", cerita-cerita (yg katanya) nyata yg diterbitin di majalah wanita yg dikalangan emak-emak kayaknya ngetop abis(ini kali ya yg bikin jadi gay, waktu kecil suka bacaan majalahnya emak di rumah). Ya kalo yg tau ya syukur, kalo gak tau ya gak apa-apa si. Ntah masih beredar apa gak tu majalah di lapak-lapak majalah..... Kalo masih ngebet beli, coba aja cari di lapak-lapak majalah jadul, paling juga nemu, harganya goceng (hihihihihih, pengalaman bgt kan. Ketara gak punya duit mau beli majalah asli).

Ok, karena ini konsepnya mau niruin gaya cerita di rubrik "Oh Mama Oh Papa", jadinya cerita di bawah ini kurang lebih bakal dibuat semerana kayak "Oh Mama Oh Papa". Padahal si aslinya ya ngga. Cuma mau lebay-lebay drama gimanaaaaa gitu..... Ho9.

*drama dimulai*

Pagi itu, aku ketuk-ketuk rumahnya. Lampu rumahnya masih berpijar di saat matahari bangun malu-malu di balik riuh ramai awan mendung. Ya, pagi itu memang mendung, tapi hati ini tidak. Genderang dalam hati ini berdegup dengan irama riang, mengalunkan irama cinta. Mungkin belum bisa dikatakan cinta memang, tapi perasaan senang karena akan menemui seorang pujangga hati. Sang lelaki idaman itu mungkin memang pintar dalam membuat ramuan agar aku tidak bisa mengalihkan pikiranku padanya. Pintar membuat rumus bagaimana orang lain jatuh cinta padanya. Dan pintar dalam segalan..... Ah, memang dia lelaki idaman.

Mari ku kenalkan sang lelaki itu. Namanya Taufik. Ya nama kampung mungkin bagi kalian. Tapi saat kalian melihatnya, mungkin akan terucap dalam hati "Oh Tuhan terima kasih telah mengizinkanku melihat sang lelaki yang bak malaikat ini ada di depan mataku". Parasnya, lekukan tubuhnya, terlahir sempurna untuk seorang lelaki, jauh lebih indah melebihi namanya. Detik pertama aku melihatnya membuat aku tak pernah jenuh memikirkannya. Dia dosenku. Dosen di sebuah sekolah tinggi milik pemerintah. Masih bisa dibilang muda, 28 tahunan umurnya. Secara fisik, kecerdasan, pembawaan, terbungkus sempurna dalam sebuah paket, dan betul saja, paket itu adalah dirinya.

Beberapa kali ku ketuk pintu berwarna Oakwood itu. Tak ada nada jawaban. Padahal kita telah berjanji jam 8 bertemu. Sesuai yg dia katakan semalam melalui sms "temui aku jam 8". Tapi ini sudah jam 8 lewat, tapi tak kunjung ada tanda-tanda dirinya dirumah itu. Sepasang sendal yang biasa dia pakai ada di teras, apa mungkin dia pergi?? Ku telpon ke kedua nomernya. Nomer seluler yg satu mati, dan satunya tak dihiraukannya, dibiarkannya terus di nada panggil. Ku tunggu balasan sms, tak kunjung datang..... Ku lihat lagi sms dia semalam, ternyata bukan jam 8 pagi, tapi jam 8 malam................

*drama pause mode on*

hehehhehehe, iya si emang akunya yg bego. Mungkin karena semangat 45 menggebu-gebu buat ketemu kali ya, jadi gak baca sms yang bener. Harusnya jam 8 malem, eh pagi-pagi buta udah siap-siap aja dandan ganteng, gak lupa parfum nyong-nyong yg banyak biar dia klepek-klepek nyiumnya....... eh, gak taunya salah jadwal. Ho9, Ok lanjut Oh Mama Oh Papanya. Serius lagi lho ya bacanya......

*drama play mode on*

Sadar aku salah,buru-buru aku menenangkan hati, meleburkan pikiran-pikiran negatif mengapa dia tidak ada dirumah, tidak mengangkat telponku, tidak membalas smsku...... Dan ku positifkan semua tanda negatif itu agar hati ini tenang. Dan ku sibukkan siangku sembari menunggu malam datang. Dan ku pastikan malam ini akan senang. Melihat mukanya pasti akan membuat ku senang. Walaupun hanya diam, berada di sampingnya. Mencium aroma tubuhnya meski dengan sedikit jarak pun pasti membuat unsur-unsur kimiawi di dalam hati ini bekerja, bereaksi membentuk molekul-molekul cinta.

Jam 8 kurang sudah. Wangi dengan dandanya sedikit lebih rapi, aku munuju rumahnya. Aku sengaja tidak membawa si Beib, motor kesayangan. Jalan kaki mungkin akan lebih menyenangkan dengan perasaan bertabur bunga seperti ini. Kurang dari sepuluh menit aku sudah sampai di depan rumahnya. Ku lihat jam yg melingkar jantan di pergelangan kiri, tepat jam 8 sesuai jadwal. Ku ketuk pintu yang sama. Sekali ketuk, dua kali...... tidak ada jawaban. Tak ada suara menyahut.

"Assalamualaikum........." mungkin dengan sapaan ini dia akan mendengar dan keluar. Tapi ternyata tidak juga ada balasan. Dan sudah ku niatkan lebih baik aku pulang saja, karena coba ku telpon tak juga aktif semua nomernya. Sedikit kecewa memang, dan sedikit berat saat ku putar badanku dan melangkahkan kaki untuk pulang. Mana keadaan saat itu hujan........

Baru satu langkah, ada suara yang bersumber dari pintu dan lantai bergeser...."Ah akhirnya dia ada" batinku. Tapi rasa riang yg sedetik muncul itu terganti dengan kaget. "Cari siapa ya, Mas?" seorang lelaki yg mungkin juga tak jauh dari umurnya Mas Taufik itu berdiri di depan pintu. Tak berselimut baju. Hanya cucuran peluh dan celana super pendek yg menutupi tubuhnya. Kaget bukan kepalang aku ini.

"Mas Taufik ada?" Tanyaku dengan nada yg ku atur sebiasa mungkin
"Tidak ada. Dia pergi. Ini siapa ya?"
"Saya Diq, mahasiswanya. Saya sudah janji bertemu jam 8. Saya coba telpon berkali-kali ek semua nomernya tapi tidak aktif"......

Sambil bertanya, aku menyempatkan mataku untuk meneruskan pandangannya ke dalam rumah. Memang sepi.

"Oh, kalo sudah semua hp nya mati, berarti dia sedang tidak bisa diganggung. Nanti saya sampaikan". Dia menjelaskan seperti dia begitu tau siapa Mas Taufik. Seperti dekat sekali.

Lalu aku berpamitan saja ke lelaki itu. Dan tak lama kemudian........... "Sayang........ ayo masuk". Suara itu, sura itu jelas suara yang ku kenal. Suara jantan dari mulut lelaki yang aku idamkan. Suara Mas Taufik......

Serasa tercabik-cabik hati ini. Tetesan hujan yang turun membasahi tubuh terasa masuk menghujam hati. Sakit Ma..... Sakiiittt sekali.

Dia ingkar dan tidak menemuiku. Dia berkencan dengan lelaki lain Ma...... Bagimana aku tidak meradang. Bagaimana bisa aku kuat........Aku dibohongi dia, dan dibohongi pula oleh lelaki bercucur peluh itu.

Aku lari berusaha menerjang hujan,
lari menjauh dari rumah itu
Lari dari sumber suara yang jantan yg aku sangat kagumi
Lari berusaha meloloskan diri tempat mereka bercinta

Tapi aku tidak bisa Ma, aku tidak bisa lari dari sakit hati. Hingga aku lelah dan terjatuh di tanah. Diguyur derasnya hujan malam, dengan irama petir bersahutan sebagai lagu pengiringnya.....
Pedih Ma............

*Drama pun berakhir*


Sekali lagi ini cuma drama lho ya....... Sebenernya kejadian nyatanya gak kayak gini. Tapi tokoh yg memerankannya sama. Ada aku sbg tokoh utama, ada Mas Taufik yg memerankan dirinya, dan ada si lelaki bercucur peluh itu.

Mas Taufik....... Yuk ketemu lagi
hahhahahhahhaahha


4 comments:

Anonymous said...

pertanyaan:
1. matahari bangun malu2 itu kayak apa? masa matahari nutup2 muka nya gitu?
2. awan mendung kan gak mengeluarkan suara, kok ada riuh nya?
3. lu hati nya di buat dari kulit rusa? kok bisa bergenderang?
4. jadi.. sebenarnya kalo gak di lebay kan, gimana ceritanya? gw pusingggg... :P ini beneran kejadian ato ngarang2? :)

Gay Kampung Masuk Kota said...

pertanyaan no1-3 ndak usah dijawab lah ya

pertanyaan no 4, ceritanya sebagian nyata. Tapi sebagian lagi improvisasi sang penulis belaka
ho9

Anonymous said...

oh jdi yg bener cuman bagian ada emang2 pake celana super pendek sexy keluar dari rumah si dosen, sisanya bohongan? jadi dosen nya udah tua pengen mati gak jadi2? terus elo gak di undang ke rumah nya, lu main datang aje sembarangan, datang gak di undang pulang juga gak di antar geto? terus elo sakit hati liat dosen udah mau mati aje bisa dapat emang2, sementara lu tukang ojek aje nolak2 elo, ya kan?? :P

Gay Kampung Masuk Kota said...

yeeeee gak ya
yg improve mah cuma endingnya
kalo masalah dosennya ganteng, trus janjian ketemuan, plus cowok bercucur peluh mah benar adanya
Yg gak fakta cuma ending doang

Post a Comment